Rindu yang Nyata akan Sebuah Raga yang Fana

Nyata itu aku. Kamu yang fana. Lucunya, dunia kita maya.
 

Sebelum aku menulis ini, aku tahu kamu akan membaca tulisanku.
Tapi jika baris-baris kekaguman yang kutorehkan ini tidak cukup hangat menyapamu, mungkin kau bisa membawa cerutu-cerutu asap kerinduanku kemanapun kau pergi. Kau bisa merasa hangat kan? Dan bayangkanlah, jika setiap menit kau menghisap-hembuskannya bisa jadi sesering itu aku mengingatmu.


Nyata itu rinduku. Ragamu yang fana.

By the way, aku tiada lagi bisa menerjemahkan rindu ini dengan bahasa. Aku butuh bahasa baru, butuh ungkapan sebenarnya dari kata kerinduan dan kekaguman. Butuh buku-buku yang tak perlu dituliskan, saat lembar-lembar rindu yang tersemat ini tiada mengenal kata tamat.
 

Dan yah... Aku tahu kini aku sekarat dengan sedikit kalimat.
 

Oh ya, mungkin aku belum pernah mengatakan ini: aku mencintai setiap jentik aksara yang kau sentilkan di setiap percakapan kita.
Pun juga setiap jengkal spasi yang dilahirkan di tuts-tuts laptop kesayanganmu. Huruf, titik, koma, bahkan tanda tanya.

Tak pelak lagi kuakui bahwa kau selalu bisa mengembangkan kerut-kerut halus di kedua ujung bibir ini. 

Dengan caramu. Dengan kata dan bahasamu. Dengan imajinasi dan ruang khayalmu.

Dengan segumpal organ bernama hati yang lucunya kau titipkan kepadaku..

0 comments:

Post a Comment


up