Ketika Sirkus Meninggalkan Kota - Rahne Putri

Nafas sepi kembali terhembus dari sela sela batang pohon 
Tak ada lagi bunyi riuh musik
yang menggema
yang bersembunyi
dan lalu mengagetkan siapapun yang melintas saat berjalan kaki

Tak ada lagi badut sirkus berkeliaran
Riasan mata menangis dan bibir sumringah
Yang siap memeluk dan melempar tawa.

Tak ada lagi komedi putar
Dengan patung kuda yang berjalan melingkar
Aku ingat saat menaikinya..
Naik…turun…naik…turun…
Berputar putar putar dan berotasi
Mengingatkan isi pikiranku yang terpusat pada sosokmu
Jelas, aku suka berada di situ


Tak ada lagi atraksi yang mendegupkan jantung
Pria pelempar pisau
Pelatih singa
Aku heran bagaimana bisa dia dengan tunduknya mau melompati lingkaran api

Sepasang manusia yang melayang layang di udara dengan seutas tali
Dan tak pernah takut jatuh menghantam bumi

Semua pernah merampas nafasku sepersekian detik


Tak ada lagi penari dengan baju peri.
Lenggok genitnya yang mencuri perhatian
Senyum manis yang menaburi mimpi dengan indahnya
Sungguh aku ingin seperti dia.
Menari, berlari, mengelilingi hatimu berhari hari sampai letih dan mati
 

Tak ada lagi gemuruh tepuk tangan dan teriakan
Serta balon berwarna warni yang berterbangan


Tak ada lagi malam malam aku menutup mata sebelum tidur dengan penuh kesima
Dan semangat untuk mengunjungi sirkus keesokan hari
Membawakan apel untuk gajah yang sibuk menyemprot air kesana kemari
Disana adalah tempat, di mana kejutan tak pernah sama setiap hari


Kini… keramaian mana lagi yang harus kucari?

Di perbatasan kota aku mengamati kereta sirkus yang pergi dan entah kapan kembali
Aku kembali ke rumah dan berkaca
Ada sesuatu yang luntur dari mata dan kuamati
Sebuah peta
Rupanya inilah kota yang kuhuni

 

Terletak tepat di jantung hati.


up