#10

Dan bersamamu, rasanya eksistensi Tuhan benar-benar nyata. Tuhan itu dekat. Tak hanya sekedar gagasan akal yang tak praktikal.

Sebuah Cerita

Kembali pada masa, sebelum semuanya serumit ini
Kita pertama bertemu, dan tak pernah ada yang istimewa dari itu

Tapi rasa itu lahir di hatiku, seperti menggeliat ingin menjelma menjadi kupu-kupu

Terkumpul dari remah-remah percakapan kita yang gagal aku cerna
Dari belenggu surup suaramu yang menggema merdu di gendang telingaku

Memikirkanmu
adalah sensasi baru yang tak pernah sekalipun teramal dalam nebulaku
Rekam jejak wajahmu yang tercetak jelas setiap hari kubingkai dengan harapan bahwa esok kita masih bisa bercengkrama lagi

Aku mulai mencobai Tuhan lebih dekat 
saat keyakinan dalam matamu membuatku tercekat
Dan bersamamu, rasanya eksistensi Tuhan benar-benar nyata. Tuhan itu dekat. Tak hanya sekedar gagasan akal yang tak praktikal

Aku tidak tahu apa ini cinta, tapi aku tahu aku harus melepaskannya

Semoga Tuhan berkenan memasangkanmu dengan pilihanNya.
Yang terbaik, yang disesuaikan denganmu
dengan segala kepantasanmu.

#9

Dreams are my reality.
The only kind of real fantasy.

#Foto: A moment after kolo


Guess he looks prettier than me. I beg you to agree.

#Foto: Memory on Trakindo

Beberapa waktu yang lalu saya sempat bekerja magang. Tidak lama, hanya dalam jangka waktu dua bulan saya berada di sana.
Meski demikian, saya sangat senang karena saya memiliki keluarga baru yang sangat seru! Bahkan sampai saat ini.
Ini adalah foto-foto yang diambil setelah saya menyelesaikan masa magang saya, so di foto-foto ini saya nggak makai baju kerja. 

Mereka benar-benar keluarga yang baik. I miss being there so much!


 With Rezki. She was such a nice friend! 


Paroji - Me - Mas Nopa. We are the three musketeers.


With Mbak Nita.


(left to right) Mas Nopa, Paroji, Mas Budi, 
Mas Yusril, Mas Dwi, Me, Mas Toyan & Mas Adi


Dalam waktu dekat ini saya berencana untuk main-main ke kantor lagi. Belum sempat juga foto sama beberapa orang. 
So, please kindly wait for my next posts. Ciao!

HIM

It's as simple as this.
When everything went wrong, we called Him
We prayed, we begged, we 'forced' Him to fulfill.
And became angry if He didn't.


When everything went back to normal,
did we still beg or just thank Him?

Seharusnya

Seharusnya aku tahu
mencintamu adalah hal yang sia-sia
karena hingga detik ini belum bisa kupahami 
mengapa hanya ini yang kuterima

Seharusnya logikaku bisa membawaku pergi jauh darimu

tapi nyatanya
malah rindu yang kupunya 

up