Rona matahari pekat membakar cakrawala, begitu gelisah menyambut bulan ke pangkuan
Tiada lagi asa tersisa kecuali angin yang datang tergesa-gesa
Mata kita berpautan, tiba-tiba semesta menjadi tenang
terekam gulungan haru di benakku
tenggorokanku tercekat
bernafas ronggaku kian berat
rasanya waktu tak pernah berjalan begini lambat
aku ingin kita terus seperti ini, seperti lembaran-lembaran yang tiada mengenal kata tamat
Aku enggan pulang
jika kalbuku senantiasa bersimpuh dalam selubung hangatmu
jika bisa bersemayam dalam jutaan neuron yang tak putus penuhi rongga kepalamu
Aku enggan bangun untuk menyambut sang pagi
jika selamanya parasmu tiada lekang dari mimpi
jika angin bisa pergi mengikiskan tubuhku dari lingkaran sepi
Karena saat kehadiranmu memeluk sanubari
aku tahu pasti
kau lah rumahku sekali lagi
0 comments:
Post a Comment