Keranda

Garis-garis kehitaman nampak jelas membayang di bawah mata
seakan mengukuh-buktikan tanda sedu sedan yang mengalir begitu lama

Jantung berdetak tak keruan
kadang berdentum sesak menahan sendu, kadang terhujam lemas merengkuh pilu

Di depannya tergeletak keranda, perenggut cercah-cercah kebahagiaan yang tersisa

bersiap turun bersama doa-doa pengampunan yang dilafalkan para pujangga
bersama raga manusia yang pernah dicintainya begitu sempurna

Lalu mata enggan menatap,

Jari urung membalaskan genggam tangan-tangan yang turut meratap
Dagu pun hanya sanggup berputar lesu, menyunggingkan senyum sekedarnya

Tiba-tiba rintik mulai mencumbu

bersamaan keranda diangkat untuk segera diturunkan 

Hujan turun 
temaninya ke peristirahatan

0 comments:

Post a Comment


up